JAKARTA – Codex Gigas, sebuah buku unik yang tersimpan di antara koleksi Perpustakaan Nasional Swedia mendapat julukan yang cukup menakutkan: Alkitab Iblis. Buku ini terdiri dari 620 halaman dengan panjang masing-masing hampir 1 meter dan memiliki berat 75 kilogram, membuat ukurannya sangat menonjol.
Buku yang dibuat pada abad ke-13 ini memiliki kisah yang misterius. Awalnya disimpan di Bangunan Benediktin Podlažice, sekarang di Republik Ceko, Codex Gigas berisikan Perjanjian Lama dan Baru dari Alkitab, serta bermacam-macam teks yang membahas segala sesuatu mulai dari instruksi praktis untuk pengusiran setan hingga tips tata bahasa abad ketujuh yang ditulis oleh Isidore, sarjana yang menjadi santo di Seville.
Menurut perkiraan Perpustakaan Nasional Swedia, Pembuatan Codex Gigas adalah sebuah sebuah usaha besar yang kemungkinan memakan waktu antara 5 sampai 30 tahun untuk diselesaikan.
Perkiraan ini dibuat dengan pertimbangan bahwa jika juru tulis bekerja selama enam jam sehari dan menulis enam hari seminggu, Codex Gigas membutuhkan waktu sekira lima tahun untuk diselesaikan. Sementara jika penulisnya adalah biarawan, waktu untuk mengerjakan naskah itu kemungkinan hanya sekira tiga jam sehari, berarti naskah itu bisa memakan waktu sepuluh tahun untuk ditulis.
Karena juru tulis mungkin juga telah menguasai baris untuk memandu tulisan sebelum dia mulai menulis (mungkin butuh beberapa jam untuk menguasai satu lembar), dapat memperpanjang periode yang diperlukan untuk menyelesaikan naskah. Penulis juga mendekorasi naskahnya, berarti naskah itu mungkin membutuhkan setidaknya dua puluh tahun untuk diselesaikan, dan bahkan bisa memakan waktu tiga puluh tahun.
Sejauh ini identitas penulis dari Codex Gigas masih menjadi misteri, meski lebih dari setengah abad telah berlalu. Pembicaraan tentang penciptaan Codex Gigas juga mengandung legenda supernatural, dengan Perpustakaan Nasional Swedia mengatakan bahwa ada pembicaraan tentang seorang biarawan ditembok bangunan Podlažice itu sebagai hukuman atas kejahatannya, demikian dilansir Atlas Obscura.
Dalam upaya penebusan dosa, biarawan itu memutuskan untuk menulis buku terbesar di dunia dalam satu malam. Untuk melakukannya, dia secara alami membutuhkan bantuan iblis, dengan siapa dia telah membuat perjanjian. Sebagai imbalan atas peningkatan produktivitas dalam semalam, yang harus dilakukan biksu itu hanyalah melukis potret Beelzebub satu halaman penuh di Codex dan menyerahkan jiwa fananya.
Kisah ini, meskipun belum dikonfirmasi kebenarannya, berusaha memberikan penjelasan mengapa ada ilustrasi raksasa tentang iblis dalam Codex Gigas. Ilustrasi ini yang membuat buku itu dikenal sebagai Alkitab Iblis.
Codex Gigas asli berakhir di Swedia karena penjarahan selama hari-hari terakhir Perang 30 tahun (1618-1648). Kala itu pasukan Swedia menyerbu Praha dan mengambil bermacam-macam buku berharga, termasuk “Alkitab Iblis”.
Pada saat itu, Ratu Christina yang berasal dari Swedia memiliki kebiasaan mencuri buku-buku dari negara lain sebagai barang rampasan perang dan menggunakannya untuk meningkatkan perpustakaan negaranya sendiri. Polandia, Jerman, Negara Baltik, dan Denmark adalah salah satu tempat yang rak bukunya dia geledah atas nama pengetahuan.
Setelah dirampas dari Praha dan dikirim kembali ke Swedia, Codex Gigas disimpan di kastil kerajaan Stockholm. Codex Gigas nyaris musnah saat kebakaran besar melanda istana kerajaan pada 1697, dilemparkan keluar jendela untuk mencegahnya dilahap oleh api. Meskipun rusak akibat jatuh dari ketinggian empat lantai, tetapi tetap selamat.
Codex Gigas dipasang kembali pada 1819 dan lembaran-lembarannya yang rusak diperbaiki. Naskah yang telah dipulihkan ini saat ini dipamerkan di Perpustakaan Nasional Swedia di Stockholm sebagai bagian dari pameran Harta Karun perpustakaan.
(Rahman Asmardika)