Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Fenomena Aphelion Terjadi Pada Bulan Apa? Ini Jawabannya

Rina Anggraeni , Jurnalis-Selasa, 16 Juli 2024 |11:06 WIB
Fenomena Aphelion Terjadi Pada Bulan Apa? Ini Jawabannya
Ilustrasi: Fenomena Aphelion terjadi bulan apa? (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Fenomena Aphelion terjadi pada bulan apa? Ini jawabannya yang banyak orang belum ketahui.  Adapun, fenomena Aphelion ketika Bumi dalam orbitnya mengelilingi Matahari mencapai titik terjauh dari Matahari.

Hal tersebut terjadi karena orbit Bumi berbentuk elips.Namun, perubahan jarak Bumi ke Matahari bukan penyebab berubahnya suhu. Adapun suhu berhubungan dengan musim. Perubahan musim sendiri terjadi karena kemiringan sumbu rotasi Bumi pada porosnya.

Lantas fenomena Aphelion terjadi pada bulan apa? Ini jawabannya yakni pada Juli tahun 2024. Sebab, pada 6 Juli 2023, Bumi akan mencapai titik orbitnya saat berada pada posisi terjauh dari matahari.

Dalam arti tertentu, planet kita seperti berada di puncak bukit gravitasi dan kemudian mulai jatuh ke arah Matahari hingga 2 Januari 2024. Saat ia mencapai titik terdekatnya. Kemudian siklus tersebut akan dimulai lagi, dengan momentum Bumi yang membawanya semakin menjauh dari Matahari hingga planet tersebut kembali mencapai jarak maksimumnya lagi.

Sebelumnya, Peneliti Pusat Riset Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Andi Pangeran dengan tegas membantah kalau fenomena Aphelion bisa membuat Bumi sangat dingin.

Fenomena Aphelion adalah kondisi di mana Bumi punya jarak paling jauh dari Matahari.

"Bumi mencapai jarak terjauhnya dari Matahari pada 4 Juli 2022 dengan jarak 152.098.455 Km. Sejak 1800, terjadinya fenomena Aphelion dalam 200 tahun terakhir selalu berlangsung pada Juli," kata Andi pada 2022.

 

Dia menegaskan, Aphelion tidak berdampak pada kenaikan maupun penurunan suhu di permukaan Bumi. Namun, faktor klimatologis atau iklim yang turur berperan besar dalam perubahaan suhu.

Sementara itu, fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli - September). Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia. Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

(Rina Anggraeni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement