Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

SPECIAL REPORT : Perubahan Iklim Jadi "Musuh Baru" Dunia Penerbangan

Rahman Asmardika , Jurnalis-Minggu, 07 Juli 2024 |12:36 WIB
SPECIAL REPORT : Perubahan Iklim Jadi
Special Report Okezone Musuh Baru Dunia Penerbangan.
A
A
A

JAKARTA – Insiden pesawat yang mengalami turbulensi dahsyat di tengah penerbangan semakin sering terjadi dalam beberapa bulan belakangan. Insiden-insiden ini kerap menjadi pemberitaan internasional, bahkan hingga menyebabkan jatuhnya korban.

Bulan lalu, pesawat Singapore Airlines dihantam turbulensi parah di atas Samudera Hindia menyebabkan seorang penumpang meninggal dunia dan pesawat terpaksa mendarat darurat di Bangkok, Thailand. Sementara pekan lalu pesawat Air Europa juga mendarat darurat akibat turbulensi yang menyebabkan setidaknya 30 orang terluka, beberapa di antaranya parah.

Turbulensi parah pada penerbangan menjadi sesuatu yang semakin umum terjadi dan peneliti memprediksi kejadian ini akan semakin bertambah dikerenakan oleh perubahan iklim.

Sebagian besar gangguan dalam penerbangan ini tidak berbahaya, asalkan prosedur keselamatan dipatuhi. Namun kejadian turbulensi yang lebih intens dapat menciptakan pengalaman penerbangan yang lebih menegangkan atau berbahaya bagi penumpang dan pramugari.

Dampak Perubahan Iklim

Dalam sebuah studi pada 2019, Paul Williams, peneliti atmosfer di Universitas Reading menyarankan bahwa suhu atmosfer yang lebih tinggi akibat pemanasan global telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap lebih banyak turbulensi.

Dilansir dari Smithsonian Magazine, berdasarkan sebuah penelitian pada 2023 diketahui bahwa insiden turbulensi pesawat yang parah meningkat sebesar 55 persen dari 1979 hingga 2020. Dan pergeseran angin—perubahan kekuatan atau arah angin secara tiba-tiba, dalam jarak dekat—pada ketinggian jelajah pesawat telah meningkat sebesar 15 persen sejak 1979, sebuah tren yang diperkirakan akan terus meningkat antara 17 persen dan 29 persen pada akhir abad ini.

 

Di atmosfer, udara yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air, sehingga menimbulkan suhu yang lebih panas lagi, sehingga menciptakan perbedaan suhu udara yang menyebabkan turbulensi.

Tidak hanya itu, turbulensi juga disebabkan oleh badai petir, yang juga semakin sering akibat perubahan iklim. Ada juga turbulensi yang tidak berkaitan dengan badai, yang sulit untuk diprediksi oleh pilot, yang disebut sebagai “turbulensi tak terihat”.

Sebagaimana turbulensi lainnya, turbulensi tak terlihat ini juga diprediksi akan semakin sering terjadi, karena perubahan iklim, bahkan pada 2050 diperkirakan akan terjadi empat kali lipat lebih sering.

Turbulensi terjadi di seluruh dunia dan paling sering dirasakan di dekat pegunungan dan tepi aliran jet.

Teknologi Hadapi Turbulensi

Teknologi untuk mendeteksi turbulensi semakin baik, dan inovasi baru terus bermunculan. Pilot saat ini dapat menggunakan prakiraan turbulensi, yang menunjukkan rute paling mulus yang harus diambil. Dan turbulensi yang disebabkan oleh cuaca badai sering kali diidentifikasi oleh pusat cuaca, satelit, serta sensor dan radar di darat.

Di sisi lain, turbulensi udara jernih masih sulit diprediksi secara pasti. Namun perkembangan teknologi lidar, meskipun masih mahal dan terlalu rumit untuk dipraktikkan, telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement