Akhirnya Apple Setujui Aplikasi Marketplace Epic Games di Eropa
JAKARTA - Apple akhirnya menyetujui aplikasi marketplace Epic Games pada iPhone dan iPad di Eropa. Hal itu setelah perseteruan pembuat "Fortnite" dengan Apple meningkat. Epic Games menuduh Apple menghambat upayanya untuk mendirikan sebuah toko game di perangkat.
Apple mengatakan, perseteruan terbaru ini berkaitan dengan Epic Sweden AB Marketplace dan tidak ada hubungannya dengan aplikasi Fortnite milik pembuat video game tersebut yang telah mendapat lampu hijau.
Pengembang aplikasi dan regulator antimonopoli mengkritik kontrol ketat Apple terhadap ekosistem aplikasi iOS.
Sebelum pengumuman Apple, Epic mengatakan pembuat iPhone telah dua kali menolak dokumen yang diserahkan penerbit video-game untuk meluncurkan Epic Games Store karena desain tombol dan label tertentu mirip dengan yang digunakan App Store-nya.
“Kami menggunakan konvensi penamaan 'Instal' dan 'Pembelian dalam aplikasi' yang sama dengan yang digunakan di toko aplikasi populer di berbagai platform, dan mengikuti konvensi standar untuk tombol di aplikasi iOS,” kata Epic dalam serangkaian postingan di X.
“Penolakan Apple bersifat sewenang-wenang, obstruktif, dan melanggar DMA (Digital Markets Act), dan kami telah menyampaikan kekhawatiran kami kepada Komisi Eropa,” katanya.
Komisi Eropa, yang membuka penyelidikan terhadap pemeriksaan dan peninjauan yang dilakukan Apple untuk memvalidasi aplikasi dan toko aplikasi alternatif yang akan disingkirkan bulan lalu, menolak berkomentar.
Epic dan Apple telah berselisih sejak 2020. Saat itu perusahaan game tersebut menuduh praktik Apple yang membebankan komisi hingga 30% pada pembayaran dalam aplikasi pada perangkat Sistem Operasi iPhone (iOS) melanggar aturan antimonopoli AS.
Awal tahun ini, Apple mengusulkan perubahan pada kebijakan App Store untuk mematuhi arahan tertentu dari DMA yang mulai berlaku pada bulan Maret.
Hal ini memungkinkan toko aplikasi alternatif di iPhone dan pilihan untuk tidak menggunakan sistem pembayaran dalam aplikasi, namun menetapkan "biaya teknologi inti", yang menurut beberapa pengembang bersifat eksploitatif.
(Erha Aprili Ramadhoni)
