Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

128 Tahun BRI: Tumbuh Hebat dan Kuat Bersama Wong Cilik

Maruf El Rumi , Jurnalis-Sabtu, 09 Desember 2023 |22:57 WIB
128 Tahun BRI: Tumbuh Hebat dan Kuat Bersama Wong Cilik
BRI memiliki sejarah panjang kebersamaan dengan wong cilik sejak zaman kolonial. (Foto: Okezone/maruf)
A
A
A

SEJARAH pendirian BRI tidak bisa dilepaskan dari keprihatinan atas kondisi sosial masyarakat, tempat kali pertama bank tersebut didirikan, yaitu Purwokerto, Banyumas. Saat itu, banyak masyarakat di Kota Purwokerto banyak terjerat utang kepada rentenir. Salah satunya guru di salah satu sekolah di Banyumas.

Guru tersebut meminjam ke rentenir atau lintah darat untuk menggelar hajatan khitan anaknya yang berlangsung mewah dan meriah. Salah satu tamu yang hadir dalam acara tersebut adalah Raden Bei Aria Wirjaatmadja, patih Banyumas, yang juga wakil bupati.

Sebagai pejabat pemerintah, Aria tentu tahu besaran gaji dari seorang guru. Karena itu, dia kemudian mengkonfirmasi darimana guru tersebut mendapatkan dana untuk menggelar hajatan besar.

Jawabannya mengejutkan; guru tersebut harus meminjam uang ke rentenir sehingga harus menggembalikan uang pinjaman dalam jumlah berlipat. Cerita tersebut ditulis dalam buku One Hundred Years Bank Rakyat Indonesia, 1895-1995.

Dari keprihatinan ini, gerakan dimulai dengan modal pertama dari kas masjid kota Purwokerto sebesar 4.000 gulden.Kas tersebut kemudian diputar untuk pinjaman ke masyarakat seperti pegawai, guru dan petani yang membutuhkan agar terbebas dari jerat lintah darat.

Misi tersebut kemudian berlanjut dari zaman kolonial ketika kali pertama berdiri, sampai era digital sekarang ini, sesuai eranya masing-masing. Mulai dari fokus pertanian dengan pinjaman untuk petani dan sempat disebut bank wong ndeso, karena memiliki kantor di desa desa.

Data pada akhir Kuartal II 2022 saja tercatat jumlah rekening Tabungan BRI Simpedes mencapai sebanyak 110,98 juta rekening dengan total simpanan mencapai Rp 282,38 triliun!

Untuk petani, BRI juga memiliki program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian dengan bunga rendah 6 persen. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengalokasikan dana Rp270 triliun pada 2023.

Dengan program ini, petani bisa mengajukan kredit dana dari Rp10 juta hingga Rp 500 juta yang disesuaikan dengan masa tanam dan masa panen dengan jangka waktu per 6 bulan. Tanpa melupakan akar sebagai bank wong ndeso dan BRI bangga dengan itu, mereka bergerak ke segmen penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

UMKM bisa disebut sebagai wong cilik dalam sebuah skala usaha. Di sektor ini, BRI mencatat pertumbuhan 11,01 persen dari Rp 935,86 triliun pada akhir Kuartal III 2022 menjadi Rp 1.038,90 triliun di akhir Kuartal III 2023. Angka ini memperlihatkan jika porsi kredit UMKM BRI mencapai 83,06 persen dibandingkan dengan total kredit BRI.

Performa brilian itu berimbas pada keberhasilan BRI Group melanjutkan kinerja positif sepanjang tahun 2023.Dimana hingga Kuartal III 2023, aset BRI secara konsolidasian berhasil tumbuh 9,93 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun.

Secara keseluruhan, BRI melayani 36,6 juta nasabah kredit mikro dan ultra mikro, dengan total nilai kredit yang disalurkan mencapai Rp590,7 triliun. “Pertumbuhan aset tersebut diiringi perolehan laba dalam 9 bulan sebesar Rp 44,21 triliun atau tumbuh 12,47 persen yoy,” kata Direktur Utama BRI, Sunarso di Jakarta, akhir November lalu (30/11/2023).

Sunarso pun optimistis, BRI menggeruk laba Rp 55 triliun pada akhir tahun 2023, yang berarti tumbuh 7% dibanding akhir 2022 (yoy) sebesar Rp 51,4 triliun.

Dua Tantangan untuk BRI Naik Kelas

Kinerja positif BRI tesebut mendapat apresiasi banyak kalangan, terutama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani. Meski, Menkeu juga memberikan catatan bahkan sindiran kepada BRI saat bicara di forum BRI Microfinance Outlook 2023, awal Januari 2023 lalu.

Menurut Menkeu, jika hanya berpatokan pada pencapaian target bisnis maka hal itu hampir pasti sudah bisa dipenuhi. Alias tidak istimewa. Di mata Menkeu, RI bisa berperan lebih besar mengangkat perekonomian nasional ke level lebih tinggi lagi.

Dikatakan Sri Mulyani, jika hanya mencari profit pasti bisa. Alsannya, banyak dari pelaku UMKM berani bayar bunga tinggi ke rentenir sampai 50 persen. Sehingga harus ada indikator yang bisa menaikan kualitas dari UMKM.

“Caranya, mengembangkan kesejahteraan para pelaku usaha dengan ikut meningkatkan kualitas dan produktivitas UMKM,” kata Menkeu.

Meski, pernyataan Menkue ini sebenarnya sudah dijawab degnan gelaran BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR. Event itu menjadi bukti BRI tidak hanya menjalankan fungsi intermediasi saja, tapi juga bagian dari keinginan memberdayakan dan menaikkelaskan UMKM melalui berbagai inovasi.

Program yang sudah digelar sejak 2019 itu bagian dari business matching antara UMKM Indonesia dengan konsumen luar negeri. Dimana, menurut Sunarso, nilai kesepakatan di ajang BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR terus bertambah.

Tahun ini, program tersebut dibuka langsung Presiden RI Joko Widodo. “Pada 2019 sebesar USD33,5 juta, naik pada 2020 menjadi USD57,5 juta, 2021 meningkat menjadi USD72,1 juta dan pada 2022 mencapai USD76,7 juta. Tahun ini, kami targetkan USD80 juta,” ujar Sunarso.

Kasat mata, BRI bisa dianggap sudah bisa melewati tantangan zaman, dari era kolonial sampai digital. Selama 128 Tahun, BRI terus tumbuh hebat dan kuat bersama Wong Cilik, dengan program yang diluncurkan.

Tapi, tantangan tidak berhenti di rentenir atau lintah darat di era kolonial, sampai wabah pinjol di era digital dengan transformasi yang dilakukan. Tantangan untuk menjadi sahabat wong cilik di masa mendatang jauh lebih berat. Salah satunya adalah ancaman global warming.

Banyak survey menyebutkan, salah satu pihak yang rentan dengan perubahan iklim adalah wong cilik. Rumah tangga berpenghasilan rendah dan kelompok marjinal akan lebih banyak menjadi korban. Pertanian juga terdampak karena pemanasan global bisa menyebabkan kekeringan, banjir, naiknya muka air laut, hingga penyebaran berbagai penyakit.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut, jika tidak dilakukan antisipasi dini, dampak negatif dan sosial baik secara sosial maupun ekonomi lebih berat dibandingkan saat pandemi covid 19.

Bahkan, Perry memperkirakan dalam 50 tahun ke depan ekonomi global bisa tergerus 11 sampai 14 persen. “Sangat penting adanya langkah antisipasi yang harus dimulai sejak dini,” ujar Perry.

Dalam posisi ini, BRI menyatakan ikut dalam perang melawan pemanasan global yang secara tidak langsung ikut melindungi wong cilik dari dampak ekonomi besar yang ditimbulkan global warming.

Direktur Kepatuhan BRI Achmad Solichin Lutfiyanto menyebutkan, ikut aktif dalam program pencapaian target net zero emission (NZE) Indonesia di tahun 2060, dengan policy namanya ESG roadmap.

Di mana BRI akan mencapai NZE di tahun 2050. Secara bertahap, BRI dalam ESG roadmap-nya dapat menurunkan emisi sekitar 30%-40% di tahun 2030, sejalan dengan target Enhanced-NDC Indonesia.

“Kita juga sudah punya berbagai strategi, inisiatif, dan program bagaimana mengimplementasikan strategi itu baik di bisnis maupun di operasional,” ujar Solichin dalam keteranganya, Kamis (5/10/2023) Strategi lain, BRI aktif dalam penyaluran kredit kepada sektor hijau serta partisipasi dalam inisiatif pemerintah.

Perseroan disebut Solichin juga memiliki komitmen tinggi terhadap pembiayaan berkelanjutan, yaitu pembiayaan yang terdiri dari pembiayaan kepada UMKM dan kepada sektor hijau. Total pembiayaan sebesar Rp732,3 triliun atau 67,2% dari total pembiayaan bank.

Sebagai bank yang fokus melayani UMKM, BRI memiliki porsi pembiayaan UMKM sebesar Rp652,9 triliun, sementara pembiayaan ke sektor hijau sebesar Rp79,4 triliun. “Tapi karena bank adalah bisnis yang berisiko sangat tinggi, sehingga kami harus menerapkan best practice dalam risk management,” pungkas Solichin.

(Maruf El Rumi)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement