JAKARTA – Kasus dengue yang terjadi di Indonesia saat ini masih menjadi permasalahan di masyarakat.
Untuk itu, sebagai upaya dalam memberantas penyebaran dengue, beberapa inovasi dilakukan pemerintah salah satunya dengan inovasi teknologi nyamuk ber-Wolbachia.
Teknologi Wolbachia dianggap sebagai upaya yang efektif dilakukan. Terbukti dengan sejumlah wilayah yang sudah disebar nyamuk ber-Wolbachia mampu menurunkan angka kejadian demam berdarah hingga 77 Persen dan angka perawatan rumah sakit juga turun hingga 86 Persen.
BACA JUGA:
Kendati demikian, sebagai Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan upaya ini sejak 2021.
“Kami membandingkan kecenderungan dengue di Yogyakarta mundur 30 tahun, dari situ kami menyimpulkan memang angka kejadian dengue saat ini terendah sejak 30 tahun lalu. Hasil ini menjadi bukti penelitian di Yogyakarta sekaligus rekomendasi ke WHO untuk vector control advisory Group,” kata WHO, dikutip dalam keterangan resmi, Sabtu (25/11/2023).
Tidak sampai di situ, Peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Prof Dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, PhD atau kerap di sapa dengan Prof Uut mengatakan selain dapat menurunkan angka kejadian dengue, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia ini juga dinilai berhasil dalam menekan anggaran penanganan dengue khususnya di Kota Yogyakarta.
Salah satu anggaran yang dapat ditekan dalam upaya ini yaitu pembiayaan untuk fogging atau pengasapan yang biasa dilakukan di pemukiman warga.
BACA JUGA:
“Karena tingginya kasus, fogging yang semula bisa 200 kali di tahun 2022, tapi kini bisa sembilan kali di tahun ini. Penghematannya juga bisa dilakukan sekitar 200an juta. Sehingga biasaya bisa di realokasikan untuk hal lain,” ucap Prof Uut.
Lebih lanjut, disamping pengasapan, penurunan jumlah kasus dengue yang dirawat inap juga diperkirakan akan menghemat biaya perawatan pasien dengue yang menggunakan BPJS Kesehatan.
(Imantoko Kurniadi)