Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Karena Paparan Radiasi, Anjing-Anjing di Chernobyl Miliki Gen yang Berbeda dari Anjing Lain di Dunia

Andera Wiyakintra , Jurnalis-Selasa, 07 Maret 2023 |06:00 WIB
Karena Paparan Radiasi, Anjing-Anjing di Chernobyl Miliki Gen yang Berbeda dari Anjing Lain di Dunia
Karena Paparan Radiasi, Anjing-Anjing di Chernobyl Miliki Gen Berbeda dari Anjing Lain di Dunia
A
A
A

Penelitian terbaru yang mempelajari ratusan anjing yang berkeliaran di reruntuhan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, menemukan bahwa paparan radiasi mungkin membuat mereka berbeda secara genetis dari anjing-anjing lain yang di tempat lain di dunia.

Setelah bencana nuklir Chernobyl pada tanggal 26 April 1986, sekitar 120.000 orang yang tinggal di daerah sekitar dan kota Pripyat di dekatnya dipaksa untuk mengungsi dan meninggalkan rumah mereka.

Walaupun begitu, banyak anjing peliharaan yang berhasil menghadapi segala rintangan dan membangun populasi yang masih hidup di tanah yang masih terpapar radiasi yang mengelilingi reruntuhan pembangkit listrik tersebut. 

Dilansir dari IFLScience, dalam sebuah studi baru, para ilmuwan berusaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai populasi unik anjing tinggal di sekitar Chernobyl mengingat kontaminasi radiasi lingkungan yang berat.

Dengan bantuan sampel darah yang dikumpulkan dari hewan-hewan liar antara tahun 2017 dan 2019, mereka menganalisis secara genetik 302 anjing dari populasi yang tinggal di dalam pembangkit listrik itu sendiri, serta mereka yang berjarak 15 hingga 45 kilometer (9,3 hingga 27,9 mil) dari lokasi bencana.

Hanya dengan melihat DNA anjing-anjing yang tinggal di dekat Chernobyl, terlihat jelas bahwa mereka secara genetis berbeda dari hewan peliharaan yang tinggal di tempat lain di dunia, yang menurut para peneliti merupakan cerminan dari radiasi pengion yang telah mereka alami selama beberapa generasi.

Secara keseluruhan, penelitian baru ini menemukan bahwa populasi ini memiliki 15 struktur keluarga yang kompleks yang unik dibandingkan dengan anjing lainnya. Namun, jelas juga bahwa anjing-anjing ini bergerak di sekitar area yang berbeda dan berkembang biak dengan bebas satu sama lain.

"Menurut saya, hal yang paling luar biasa dari penelitian ini adalah kami mengidentifikasi populasi anjing yang hidup di dalam dan di sekitar reaktor, dan kami dapat mengetahui siapa anjing-anjing itu hanya dengan melihat profil DNA mereka. Membayangkan keluarga-keluarga yang tinggal di tempat-tempat seperti di dekat batang bahan bakar bekas sangatlah luar biasa dan menunjukkan daya tahan anjing sebagai sebuah spesies," ungkap Elaine Ostrander, penulis studi dan ahli genetika di Institut Penelitian Genom Manusia Nasional NIH.

"Kami juga menemukan bahwa anjing-anjing yang tinggal di zona eksklusi sekarang kemungkinan besar adalah keturunan dari hewan peliharaan dari orang-orang yang melarikan diri dari daerah tersebut ketika ledakan terjadi. Kita bisa melihat sejarah hewan peliharaan tersebut terukir dalam DNA anjing-anjing yang tinggal di zona eksklusi saat ini," lanjut Ostrander.

Banyak anjing Chernobyl menemukan tempat berlindung di gedung-gedung yang ditinggalkan atau zona konstruksi di dalam zona eksklusi nuklir. 

Menurut hitungan terakhir, hingga 800 anjing semi-feral mungkin telah tinggal di sekitar Chernobyl, termasuk area yang sangat terkontaminasi seperti struktur Chernobyl New Safe Confinement.

Anjing-anjing ini dikategorikan sebagai semi-feral karena mereka sering berhubungan dengan manusia. Para pekerja dan peneliti di daerah tersebut diketahui sering memberi makan anjing-anjing tersebut.

Dokter-dokter pun sesekalai sesekali mengunjungi daerah tersebut untuk memperbarui vaksin dan mengobati masalah medis apa pun yang mereka alami.

Sekarang penelitian ini telah menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk membedakan populasi anjing Chernobyl yang berbeda, para peneliti berharap untuk melihat apakah perbedaan genetik berdampak pada kesehatan, penampilan, dan perilaku mereka.

Hal ini bahkan dapat menyoroti mutasi genetik yang membantu hewan untuk bertahan hidup dalam menghadapi radiasi, kata para peneliti.

"Idealnya, kami ingin menemukan varian yang diperoleh DNA selama 15 generasi sejak kecelakaan yang memungkinkan bertahan hidup di lingkungan dengan paparan radiasi tinggi versus lingkungan dengan paparan radiasi rendah," jelas Ostrander.

(Andera Wiyakintra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita ototekno lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement