JAKARTA - Sains kini bisa memprediksi tinggi anak ketika tumbuh dewasa, dilihat dari DNA-nya. Capaian ini, merupakan analisis genetik terbesar yang pernah ada tentang tinggi badan seseorang.
Sebagaiman dilaporkan laman Metro, Sabtu (15/10/2022), dikatakan bahwa studi ini menggunakan DNA lima juta orang lebih dari 281 penelitian terkait.
Para ahli menyarankan, agar penelitian ini menghubungkan kesenjangan yang cukup besar dalam pemahaman tentang bagaimana perbedaan genetik menjelaskan perbedaan tinggi badan.
Dijelaskan, lebih dari satu juta peserta penelitian adalah keturunan non-Eropa, yang mencakup Afrika, Asia Timur, Hispanik, atau Asia Selatan.
Dr Loic Yengo, dari University of Queensland mengatakan, 80 persen perbedaan tinggi antara orang ditentukan oleh faktor genetik.
"12.000 varian yang kami temukan menjelaskan 40 persen perbedaan tinggi badan, yang berarti kami telah membuka pintu bagi DNA untuk digunakan untuk memprediksi tinggi badan lebih akurat daripada sebelumnya," kata Dr Loic Yengo.
"Saat ini, tinggi anak paling baik diprediksi menggunakan tinggi rata-rata kedua orang tua kandungnya, tetapi menggunakan data genom ini, dokter anak akan bisa mendapatkan perkiraan yang lebih baik," tambahnya.
Menurut Dr Loic Yengo, studi ini akan menenangkan pikiran orang tua jika anak-anak diprediksi dapat tumbuh seperti gen mereka. Dan orang tua bisa segera mengambil tidakan jika diprediksi tidak dapat tumbuh sesuai dengan harapan.
Dr Eirini Marouli, yang merupakan dosen senior di Computational Biology di Queen Mary University of London, mengatakan bahwa studi ini merupakan prestasi besar.
Studi mungkin memegang kunci untuk memecahkan banyak tantangan kesehatan global di masa depan.
Jika bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang sifat seperti tinggi badan pada tingkat genomik, medis mungkin memiliki model untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi yang dipengaruhi gen seperti penyakit jantung atau skizofrenia.
“Jika kita dapat memetakan bagian-bagian tertentu dari genom ke sifat-sifat tertentu, ini akan membuka pintu untuk perawatan yang ditargetkan dan dipersonalisasi secara luas lebih jauh ke depan yang dapat bermanfaat bagi orang-orang di mana saja," ungkap Yengo.
Para ilmuwan menyarankan temuan mereka dapat membantu dokter mengidentifikasi orang-orang yang tidak dapat mencapai ketinggian yang diprediksi secara genetik, yang kemudian dapat membantu dalam diagnosis penyakit atau kondisi tertentu.
Lalu, diharapkan temuan mereka juga dapat digunakan dalam penyelidikan polisi untuk memprediksi tinggi seseorang dari sampel DNA tersangka di TKP.
Tim sekarang berencana untuk melakukan riset lebih dalam untuk mengidentifikasi faktor genetik yang tersisa untuk tinggi badan.
"Faktor-faktor lain ini akan lebih sulit ditemukan karena masing-masing memiliki efek yang lebih rendah dan kami mungkin membutuhkan setidaknya 20 juta sampel untuk menyelesaikan tugas besar itu," kata Dr Yengo.
(Ahmad Muhajir)