Zuckerberg Gigit Jari! Mira Murati Tolak Tawaran Rp16 Triliun untuk Gabung Meta

Zen Teguh, Jurnalis
Kamis 31 Juli 2025 21:09 WIB
Mantan CTO OpenAI Mira Murati menolak tawaran Mark Zuckerberg untuk gabung dengan Meta. (Foto: Ist/Wired).
Share :

JAKARTA - Mira Murati kembali jadi sorotan. Mantan kepala teknologi OpenAI itu menolak mentah-mentah tawaran Mark Zuckerberg untuk bergabung dengan Meta meski disodori paket kompensasi bernilai 1 miliar dolar AS atau setara Rp16 triliun!

Mira, ahli kecerdasan buatan (artificial intelligence), semula digadang-gadang bakal memperkuat Meta Superintelligence Lab yang sedang dibangun Zuckerberg. Sebelum ini, Zuck telah mengumpulkan orang-orang berotak encer di bidang kecerdasan buatan (AI) seperti John Schulman, Barrett Zoph, dan Lilian Weng.

Namun, menurut Wired, Mira tak tertarik dengan tawaran tersebut. Setelah mengundurkan diri dari OpenAI September 2024, dia mendirikan Thinking Machines Lab, perusahaan rintisan AI pada Februari 2025. 

“Startup ini dengan cepat memperoleh pendanaan 2 miliar dolar AS meskipun hingga saat ini belum meluncurkan produk komersial,” bunyi pernyataan Wired dikutip dari Livemint, Kamis (31/1/2025). 

Sesungguhnya bukan hanya Mira. Seluruh orang-orang di Thinking Machines Lab juga hendak dibajak Zuckerberg. Nilai kompensasi yang ditawarkan pun mencapai 1 miliar dolar per orang untuk jangka panjang. Bahkan angka terkecil penawaran menyentuh antara  200 juta hingga  500 juta dolar tiap individu. 

“Namun (tawaran itu) tetap ditolak,” kata Livemint. 

 

Para pegawai Thinking Machines Lab rupanya lebih memilih mempertahankan saham jangka panjang dalam startup ini. Mereka juga punya keyakinan pada visi independen Mira Murati ketimbang menerima tawaran dari korporasi besar semacam Meta.

Siapa Mira Murati?

Lahir pada 16 Desember 1988 di Viore, Albania, Ermira Murati dikenal luas sebagai salah satu arsitek utama perkembangan teknologi AI di dunia. Perempuan yang pernah bekerja di Tesla ini jadi sorotan global setelah memimpin sejumlah proyek terobosan di OpenAI, seperti ChatGPT, DALL·E, dan Whisper.

Mira memiliki latar belakang pendidikan kuat dalam bidang teknik dan teknologi. Pada usia 16 tahun dia memenangkan beasiswa akademik United World Colleges (UWC) untuk belajar di Pearson College di Victoria, British Columbia, Kanada. Dia lulus pada 2005.
 
Setelah itu Mira menuntaskan pendidikan di Dartmouth College, AS, dan menggengam gelar sarjana bidang teknik mesin. Dalam wawancara dengan TIME Magazine awal 2023, Mira menegaskan bahwa pengembangan AI tidak boleh semata-mata berorientasi pada teknis dan efisiensi. 

Menurutnya, partisipasi dari kalangan non-teknis seperti filsuf, seniman, ilmuwan sosial, hingga pembuat kebijakan sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi ini berkembang secara etis dan inklusif.

“AI tidak hanya soal algoritma atau komputasi. Kita membutuhkan suara dari berbagai bidang humaniora untuk menyeimbangkan kekuatan teknologi ini,” ujarnya.

Dia juga menekankan pentingnya keterlibatan publik, regulator, dan pemerintah dalam pengembangan sistem AI berskala besar. Baginya, transparansi dan akuntabilitas merupakan pilar utama dalam membangun sistem AI yang bertanggung-jawab.

Tokoh Kunci OpenAI

Mula-mula magang di Zodiac Aerospace, Mira membangun karier profesionalnya di Tesla pada 2013. Sejak 2016 dia melakoni pekerjaan di perusahaan rintisan Leap Motion Now (sekarang Ultraleap) yang berfokus pada augmented reality (AR).

 

Pada 2018 berlabuh di OpenAI. Pada perusahaan yang didirikan Sam Altman itu karier Mira makin moncer hingga ditunjuk sebagai CTO. Mira dikenal sebagai tokoh kunci dalam pengembangan GPT-4, model bahasa paling canggih yang dirilis OpenAI. 

Pada akhir 2023, dia sempat menjabat sebagai CEO sementara OpenAI, ketika Sam Altman diberhentikan secara mendadak oleh dewan direksi. Meski masa jabatannya singkat, dia menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang tangguh di tengah gejolak internal perusahaan. 

Langkah-langkahnya dinilai visioner dan membangun kembali kepercayaan banyak pihak terhadap arah perusahaan. Mira kini terus menjadi salah satu suara paling berpengaruh dalam diskusi global mengenai masa depan AI. 

(Zen Teguh)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Ototekno lainnya