JAKARTA – Penelitian terbaru mengungkap bahwa gajah menggunakan telinganya yang lebar, suara gemuruh, dan jangkauan belalai serta bentuk komunikasi lainnya untuk menyapa ketika berkumpul dengan rekan-rekannya.
Penelitian yang diterbitkan pada 9 Mei lalu di Jurnal Communications Biology mengungkapkan bahwa gajah berkomunikasi dengan sengaja dan mereka menyesuaikan sapaan mereka tergantung pada apa yang dilakukan gajah lainnya. Misalnya, saat gajah lain sedang memperhatikan, gajah cenderung menggunakan isyarat visual, namun jika tidak mereka lebih cenderung menggunakan sentuhan.
“Bagi saya, hal ini sangat menarik akhirnya melakukan hal ini, bagaimana dapat memahami mereka menggunakan tubuh mereka untuk berkomunikasi” kata pemimpin penulis studi Vesta Eleuteri, seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Wina, kepada Live Science. “Sungguh mengejutkan bahwa mereka sangat bergantung pada hal seperti ini, namun hal ini diabaikan”
Para ilmuwan telah mengetahui bahwa gajak berkomunikasi dari jarak bermil-mil jauhnya menggunakan suara gemuruh yang sebenarnya pelan untuk didengar manusia, namun telinga besar spesies mereka dapat menangkapnya dengan mudah. dan belalainya yang panjang memiliki indra penciuman yang sangat baik.
Gajah dapat mengendus usia, kekerabatan dan bahkan kelompok sosial, baik di antara gajah maupun manusia. Namun dibanding manusia, penglihatan gajak relative buruk.
Penelitian komunikasi gajah sebelumnya cenderung berfokus pada suara dan penciuman secara terpisah, kata Eleuteri, dibandingkan pada bagaimana kedua Indera tersebut dapat bekerja sama.
Eleuteri dan timnya mengambil sebuah pendekatan yang berbeda, dengan menghitung gerakan visual mereka, seperti mengepakkan telinga dan menjangkau batang tubuh yang disertai dengan vokalisasi, sentuhan dan perilaku yang berkaitan dengan aroma. Mereka melacak gerakan dan suara mana yang muncul secara bersamaan, dan mencatat bahwa suara gemuruh pelan sering kali disertai dengan kepakan telinga.
Kombinasi ini adalah sapaan paling umum yang mereka dokumentasikan, kombinasi berulang ini menunjukkan bahwa gajah ingin berkomunikasi, kata Eleuteri. Gajah juga biasanya saling memandang sebelum memberi isyarat, sehingga semakin memperkuat gagasan tersebut.
“Makalah ini unik karena betapa seriusnya ia menangani konsep komunikasi multi-modal” yang berarti komunikasi dengan melibatkan banyak indra sekaligus, kata Robbie Ball yang mempelajari kognisi komparatif di Hunter College dan pusat Pascasarjana di City University of New York dan tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
“Sama seperti saya ketika melambaikan tangan dan berteriak ‘hei’ pada teman saya di Seberang jalan, gajah tampaknya juga menggabungkan sinyal komunikasi yang tepat ketika mereka menyapa teman-temannya” kata Ball kepada Live Science.
Selama bertahun-tahun, para peneliti telah mendokumentasikan hiruk-pikuk perilaku menyapa ketika sekelompok gajah berkumpul. Tidak jelas perilaku mana, jika ada, yang dimaksudkan sebagai komunikasi dan mana yang tidak dipikirkan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para peneliti dalam studi baru ini bekerja dengan sekelompok sembilan gajah semi-liar di Zimbabwe, memisahkan mereka selama 10 menit dan kemudian menyatukan mereka kembali untuk mengamati sapaan mereka.
Gajah hanya cenderung menyapa gajah lain yang mereka kenal dan sukai, jadi langkah penting pertama adalah mencari tahu gajah mana dalam kelompok yang sudah dekat. Para pengasuh gajah sudah memahami dinamika sosial gajah. Untuk mengukurnya, mereka menggunakan proksi persahabatan gajah: “indeks tetangga terdekat”. Dua kali sebulan, penjaga gajah memeriksa gajah mana yang berdiri paling dekat satu sama lain. Mereka akhirnya memilih untuk mempelajari enam gajah yang memiliki ikatan erat.
Studi ini menekankan bahwa gajah hidup di dunia sosial yang kompleks, dengan kelompok keluarga yang terpisah, berkumpul, dan menjalin hubungan yang kompleks dari waktu ke waktu.
“Mereka berumur panjang seperti manusia. Mereka bisa hidup hingga 70 tahun dan memiliki lintasan yang sama,” kata Eleuteri. Dia berpendapat bahwa memiliki banyak pasangan sosial dapat mendorong hewan untuk mengembangkan komunikasi yang kompleks.
(Ivan Christian Deva)
(Rahman Asmardika)