JAKARTA – Ancaman perang nuklir merupakan sebuah ancaman yang tampaknya semakin nyata bagi umat manusia dalam beberapa tahun terakhir. Sejak pecahnya perang di Ukraina, wacana terkait penggunaan nuklir telah beberapa kali terdengar, baik dari pihak Rusia maupun dari sekutu Barat Ukraina seperti Amerika Serikat (AS) dan NATO.
Konflik di Ukraina yang menempatkan Rusia, negara pemilik hulu ledak nuklir terbanyak di dunia, dengan tiga negara Barat, yang juga memiliki senjata pemusnah massal tersebut, yaitu AS, Inggris, dan Prancis, membuat potensi terjadinya kiamat nuklir lebih besar dibandingkan sebelumnya.
DI tengah situasi ini, pesawat kiamat mulai terlihat diterbangkan oleh negara-negara pemiliknya yaitu AS dan Rusia. Mengudaranya pesawat-pesawat kiamat ini dipandang sebagai sinyal antisipasi kedua negara akan kemungkinan pecahnya perang nuklir.
Pesawat kiamat adalah julukan tak resmi bagi pesawat yang berfungsi sebagai pusat komando terbang pada saat terjadinya perang nuklir, atau bencana dan konflik skala besar serupa yang mengancam infrastruktur pemerintah dan militer.
Meski bukan sebuah rahasia, pesawat kiamat sangat jarang disebut atau terlihat. Sebagaimana disebutkan, hanya Rusia dan Amerika Serikat yang memiliki pesawat kiamat ini.
Karakteristik pesawat kiamat adalah mampu beroperasi sebagai pusat komando terbang, yang berarti selain ukurannya yang besar, pesawat-pesawat ini juga memiliki berbagai infrastruktur komunikasi, termasuk satelit, yang dapat digunakan di saat banyak jalur komunikasi konvensional tak berfungsi.
Boeing E-4 yang merupakan jajaran pesawat kiamat milik AS memiliki beragam mekanisme pertahanan, termasuk kemampuan menahan gelombang elektromagnetik. Jet ini juga menggunakan instrumen penerbangan analog tradisional untuk bernavigasi yang tidak rentan akan serangan siber.
Fitur serupa juga dimiliki oleh Ilyushin Il-80, pesawat kiamat Rusia yang memiliki infrastruktur komunikasi khusus ditempatkan di dalam kubah di badan pesawat yang dilaporkan mencegah paparan serangan elektromagnetik.
Pesawat ini juga tidak memiliki jendela - kecuali kokpit - untuk memastikan perlindungan maksimal melalui kondisi atmosfer dan cuaca yang sulit - atau ledakan nuklir, demikian dilaporkan Euronews.
Kedua pesawat ini juga kemampuan memiliki mengisi bahan bakar di tengah penerbangan, memungkinkan kendaraan tetap berada di udara untuk jangka waktu yang lama.
Kemunculan pesawat kiamat telah dipandang sebagai indikasi meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat yang berpotensi memicu perang nuklir. Menyusul pecahnya perang di Ukraina pada Februari 2022, baik Rusia dan AS masing-masing telah menerbangkan pesawat kiamatnya sebagai bagian dari apa yang mereka sebut sebagai “latihan rutin”.
(Rahman Asmardika)