3 Skandal Toyota Grup, dari Pemalsuan Data hingga Manipulasi Uji Tabrak

Erha Aprili Ramadhoni, Jurnalis
Rabu 31 Januari 2024 13:17 WIB
3 Skandal Toyota Grup, dari pemalsuan data hingga manipulasi uji tabrak. (economictime)
Share :

JAKARTA - Sejumlah skandal melanda perusahaan otomotif Toyota Group sejak beberapa tahun belakangan. Di tengah dominasinya sebagai mobil terlaris dalam beberapa waktu terakhir, Toyota bukan berarti tak mengalami masalah.

Berikut 3 skandal yang menimpa Toyota dan anak usahanya, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (31/1/2024) :

1. Skandal Uji Tabrak

April tahun lalu, Daihatsu diketahui salah melakukan uji keselamatan tabrakan samping terhadap 88.000 mobil kecil yang akan dijual ke luar negeri. Banyak dari mobil tersebut dijual dengan merek Toyota.

Beberapa bulan berikutnya yakni Desember 2023, Daihatsu mengumumkan hasil investigasi dari skandal manipulasi uji tabrak dari beberapa mobil produksinya. Pengumuman hasil investigasi tersebut dilakukan Daihatsu bersama Toyota yang merupakan pemegang saham mayoritas Daihatsu.

Hasil investigasi tersebut menyebutkan terdapat 174 penyimpangan yang dilakukan Daihatsu saat memproduksi mobil. Penyimpangan itu justru berdampak pada 64 model mobil buatan Daihatsu dan tiga mesin yang telah diproduksi. Mobil terdampak tidak hanya di Jepang, tapi juga di yang produksi di luar negeri.

"Dari hasil ini kami akan mengumumkan seluruh mobil yang sedang diproduksi di Jepang dan negara luar untuk sementara dihentikan untuk dikirim. Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan ini terhadap kustomer dan stake holder," ujar President Daihatsu Motor Co, Soichiro Okudaira.

Belakangan, Kementerian Pertahanan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata (MLTI) Jepang resmi mencabut penangguhan pengiriman lima mobil dari Toyota, Daihatsu, dan Mazda dinyatakan aman dan telah memenuhi standar keselamatan.

Kelima model mobil yang sempat dicabut penangguhan distribusinya adalah Toyota Probox, Mazda Familia Van, Daihatsu Gran Max Cargo, Toyota Town Ace Van, dan Mazda Bongo Van.

2. Skandal Pemalsuan Mesin

Pada 2022, unit truk dan bus Toyota, Hino Motors, juga dilanda skandal data mesin.

Hino Motors mengakui telah menyerahkan data emisi dan penghematan bahan bakar yang curang kepada otoritas transportasi.

Kyodo melaporkan, penggunaan data penipuan telah berlangsung setidaknya sejak 2016, dengan perusahaan telah menjual setidaknya 115.526 kendaraan dengan mesin yang disertifikasi pemerintah berdasarkan data yang dicurangi.

"Pabrikan telah memalsukan data untuk beberapa mesin sejak tahun 2003, yang berdampak pada 640.000 kendaraan," melansir Japan Times.

3. Masalah Airbags

Toyota mengeluarkan peringatan kepada pemilik 50.000 kendaraan lawas di Amerika Serikat (AS) segera melakukan perbaikan terkait malfungsi inflator airbag buatan Takata. Inflator kantung udara produksi Takata tersebut dapat meledak dan membunuh pengendara.

Peringatan "Jangan Berkendara" ini mencakup beberapa model mobil Toyota dari tahun 2003 hingga 2005. Model yang terlibat dalam recall tersebut meliputi Corolla tahun 2003-2004, Corolla Matrix tahun 2003-2004, dan RAV4 tahun 2004-2005.

"Jika airbag mengembang, bagian dalamnya kemungkinan besar akan meledak dan mengeluarkan pecahan logam tajam," tulis Toyota dalam keterangannya. Fragmen tersebut “dapat menyebabkan cedera serius atau kematian pada pengemudi atau penumpang,” tambahnya seperti dikutip dari BBC.

Sejak tahun 2009, lebih dari 30 kasus kematian telah dikaitkan dengan inflator airbag Takata. Toyota menjelaskan bahwa jika airbag terdepak, bagian dalamnya berpotensi meledak dan melemparkan serpihan logam tajam, yang dapat mengakibatkan luka serius atau bahkan kematian bagi pengemudi atau penumpang.

Sementara itu, Chairman Toyota Motor Corporation (TMC), Akio Toyoda, meminta maaf atas sederet skandal yang melibatkan grupnya.

Ia pun berjanji bertanggung jawab dan memperbaiki kinerja perusahaan.

“Saya akan memimpin upaya transformasi sebagai orang yang bertanggung jawab atas grup ini,” kata Toyoda, melansir Japan Times, Rabu (31/1/2024).

“Apa yang harus saya lakukan saat ini adalah menunjukkan arah yang harus dituju kelompok ini dan menciptakan tempat bagi generasi berikutnya untuk kembali ke sana jika mereka terpuruk,” kata Toyoda.

Toyoda mengaku terlalu sibuk mengelola Toyota sehingga gagal mengidentifikasi sederet malapraktik yang dilakukan grup perusahaan.

“Bagaimanapun, kami adalah perusahaan yang berbeda. Meskipun kita mungkin memiliki ikatan modal, itu tidak cukup untuk benar-benar memahami sejarah antara perusahaan dan hubungan tersebut,” ujarnya.

(Erha Aprili Ramadhoni)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita Ototekno lainnya