JAKARTA - TikTok dikabarkan telah mempersiapkan beberapa cara untuk menyaring konten terkait perang Israel-Hamas. Hal ini sekaligus menjadi upaya TikTok untuk mengatasi tantangan terkait konten menyesatkan atau mengandung kekerasan yang mungkin beredar di tengah masifnya konflik.
Dilansir dari situs GizmoChina, Selasa (17/10/2023) terkait masalah tersebut, TikTok saat ini berfokus pada ketangkasan dan keahlian global dengan membentuk pusat komando baru.
Melalui pusat komando baru tersebut, TikTok memoderasi sekitar 40.000 pakar keselamatan dari tim global. Penggabungan pakar ini bertujuan agar respons TikTok tidak hanya cepat, tetapi juga sensitif secara budaya dan efektif secara global.
Tidak hanya itu, TikTok diketahui juga berinvestasi dalam moderasi bahasa tertentu dengan mempekerjakan lebih banyak moderator yang fasih berbahasa Arab atau Ibrani. Tujuannya adalah mengidentifikasi konten berbahaya dengan lebih baik dan menyediakan sistem pemfilteran yang lebih bernuansa. Sehingga, ada pertimbangan seluk-beluk linguistik dan budaya yang mungkin terlewatkan oleh algoritma umum.
Di sisi lain, TikTok diketahui telah mengambil langkah-langkah teknologi untuk memerangi informasi palsu di tengah konflik yang terjadi. Tidak hanya melakukan penghapusan video, TikTok juga menyediakan layar opt-in yang berfungsi untuk membatasi konten grafis yang melayani kepentingan publik.
Ke depannya, TikTok dikabarkan akan terus meningkatkan pembatasan konten menyesatkan dalam aplikasinya. Tidak hanya bereaksi terhadap krisis seperti konflik Israel Vs Hamas, tetapi juga merencanakan masa depan digital yang lebih aman bagi audiens globalnya.
Terbaru, TikTok dikabarkan akan segera memperkenalkan peringatan misinformasi dalam berbagai bahasa, dimulai dengan bahasa Inggris, Ibrani, dan Arab. (Chasna Alifia Sya’bana)
(Saliki Dwi Saputra )