JAKARTA - Badan Pengawasan Tenaga Nuklir (BAPETEN) telah menemukan paparan radiasi radioaktif di area tanah kosong Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan.
Saat ini BAPETEN dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) tengah melakukan pembersihan area dan akan melakukan penyelidikan dari mana radioaktif tersebut berasal.
Kabag Komunikasi Publik dan Protokol BAPETEN Abdul Qohhar mengungkapkan pihaknya dan tim Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah menemukan unsur isotop radiokatif Cesium 137 (Cs-137).
“Hanya Cesium-137 saja, belum ada indikasi unsur lain,” kata Abdul kepada Okezone, Senin (17/2/2020).
Abdul mengungkapkan upaya untuk mengurangi kontaminasi dan penyebaran Cesium 137, yang dilakukan tim BAPETEN dan BATAN adalah memindahkan sumber radiokatif tersebut ke laboratorium, untuk kemudian diteliti. Pembersihan, lanjut Abdul dilakukan hingga area yang terkontaminasi kembali normal.
“Kita tidak bisa memprediksi berapa lama atau mungkin nanti berapa banyak tanah yang harus dikeruk. Untuk saat ini tim akan melakukan pembersihan selama 20 hari, nanti kita lihat lagi. Berharap sebelum 20 hari itu sudah normal, atau mungkin nanti waktu 20 hari kita lihat lagi apakah nilainya sudah normal atau belum, dilanjut berapa lama lagi. Sebagai patokan akhir laju paparan harus kembali normal lagi,” kata Abdul.
Menurut Abdul paparan radiasi radioaktif akan berkurang dengan sendirinya dalam kurun waktu tertentu. Setiap zat radioaktif, lanjut Abdul memiliki waktu paruh, di mana zat radioaktif kekuatannya akan berkurang atau menjadi setengahnya. Untuk waktunya berbeda-beda tergantung berapa banyak kandungan zat radioaktif tersebut.
“Cesium 137 sendiri memiliki umur paruh itu 30 tahun. Artinya dalam waktu 30 tahun, Cesium 137 ini kekuatannya akan berkurang menjadi separuhnya. Lalu, 30 tahun lagi akan berkurang separuhnya lagi, sampai nanti mencapai batas yang diizinkan,” kata Abdul.
Ia juga memastikan bahwa Cesium 137 yang mencemari lahan kosong di Perumahan Batan Indah tidak akan menyebar luas.
“Cesium ini sudah tercampur dengan tanah, itu juga kemungkinan menyebarnya sangat-sangat kecil, karena jenis tanahnya bukan yang mudah menyebar. Penyebaran melalui udara juga tidak memungkinkan,” kata dia.
(Ahmad Luthfi)